"Nama tak menentukan takdir—bahkan Nestapa pun bisa jadi pelita"
Hidup adalah perjalanan yang tak selalu lurus. Ia berkelok, menanjak, terkadang jatuh ke jurang. Tapi di ujungnya, selalu ada cahaya. Cahaya yang tak selalu terang, tapi cukup untuk membimbing satu langkah ke depan.
Kini aku berdiri di titik itu. Bukan titik akhir, tapi sebuah simpul tenang dalam pusaran hidup. Aku melihat ke belakang, pada anak kecil yang dulu menangis di gubuk reot, pada remaja yang dihantam kenyataan, pada pemuda yang merantau demi mimpi, dan pada pria dewasa yang kini menatap masa depan dengan kepala tegak.
Aku memaafkan masa lalu. Memaafkan ayahku, yang dulu memberiku nama dengan nada kemarahan. Aku sadar, setiap orang memikul beban masing-masing. Kini aku tahu, nama "Nestapa" bukan kutukan, melainkan kekuatan. Karena badai membentuk karang yang kokoh.
Ibu, meski tubuhmu mulai rapuh, semangatmu tetap abadi. Doamu telah menuntunku sejauh ini. Kau adalah rumah pertama, pelita yang tak pernah padam dalam gelapku. Dan Aira, istriku—kawan hidup yang menjadi jangkar sekaligus layar. Kau menguatkanku saat hampir karam.
Aku tak tahu berapa lama lagi aku akan hidup. Tapi aku tahu, selama aku bisa menulis, berbagi, dan menginspirasi, aku masih berjalan di jalan cahaya itu.
Kisah ini bukan akhir, hanya sebuah tanda koma. Karena aku percaya, akan ada lebih banyak cerita lain yang tumbuh dari tanah yang dulu gersang. Akan ada lebih banyak anak kampung yang bermimpi besar. Dan akan ada lebih banyak "Nestapa" yang tak takut menantang badai.
Untuk kalian yang membaca ini, terima kasih telah berjalan bersamaku. Jika kisah ini menyentuhmu, sebarkan. Bukan demi aku, tapi demi mereka yang butuh cahaya.
Karena di ujung jalan yang gelap, selalu ada secercah terang. Dan terkadang, terang itu datang dari kisah yang penuh luka.
Support aku dengan download Novel Lengkap pada link berikut
Komentar
Posting Komentar