HOT Kota Asing Luka Lama

Posted by RUANG TULIS, Released on

Option
Option

NOVEL Kota Asing Luka Lama

Posted by RUANG TULIS, Released on

Option
Option


“Kesendirian mengasah hati; kota asing menguji keteguhan jiwa.”

Langit pagi itu tak biru, tapi kelabu seperti pikiranku.
Kota ini tidak menyambutku dengan pelukan hangat, hanya dengan deru kendaraan dan langkah-langkah tergesa. Tapi entah kenapa, aku merasa… di sinilah aku harus memulai.

Stasiun itu ramai. Orang-orang hilir mudik membawa mimpi masing-masing, dan aku hanya membawa satu tas lusuh dan segenggam tekad yang kerap goyah. Kupandangi pantulan wajahku di jendela kereta terakhir yang meninggalkanku pagi itu—seperti melihat sisa-sisa hidup yang kutinggalkan.

Di dompetku hanya cukup untuk makan dua hari. Di hatiku hanya tersisa keberanian untuk bertahan satu malam lagi. Tapi kaki ini terus melangkah.

Kota ini seperti labirin raksasa yang tak memberiku peta. Bangunannya menjulang, menatapku seolah ingin menguji seberapa lama aku bisa berdiri. Aku menyusuri gang demi gang, menyapa dengan senyum yang bahkan tak sempat dibalas.

Sore itu, aku bertemu kota dengan cara yang paling jujur: lewat keringat, lapar, dan rasa asing.
Aku menemukan tempat tidur pertamaku di sebuah masjid kecil di sudut gang sempit. Karpetnya tipis dan dingin, tapi untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa aman.
Di dindingnya tergantung ayat tentang kesabaran.
Malam itu aku membacanya seperti pesan langsung dari langit.

“Anak muda, dari mana asalmu?”
“Sumatera, Pak.”
“Sendiri di sini?”
“Iya. Baru sampai tadi pagi.”
“Pekerjaan?”
“Belum ada. Tapi saya akan cari besok.”
Ustaz Malik menatapku dalam, lalu tersenyum kecil. “Yang penting kau tahu ke mana kau ingin melangkah. Kota ini kadang kejam, tapi Allah tak pernah tidur.”

Keesokan paginya aku mulai bekerja di sebuah warung makan, cuci piring dan angkat galon. Upahnya cukup untuk makan dan sedikit menabung. Setiap malam aku menulis surat untuk diriku sendiri, mencoba memahami makna perjalananku.

aku tinggal disebuah kontrakan kecil kepunyaan ustadz malik, yang senantiasa menasehati ku, menjadi keluarga baru yang selalu mendampingiku, dan memberikan semangat hidup untukku memulai sesuatu yang baru di kota ini.

ustadz malik memang sudah tidak memiliki anak lagi pasca meninggalnya buah hatinya yang sangat dia cintai, dan aku seusia dengan anaknya sehingga aku sudah di anggap sebagai anaknya sendiri, meskipun aku tinggal tidak serumah.

dia mungkin tidak memberiku pekerjaan, dia juga tidak memberiku rumah tinggal, hanya memebrikan kontrakan kecil yang harus ku bayar juga. karena dia ingin melihatku tumbuh dan bangkit melawan kota yang katanya cukup keras ini.

keluarga beliau bukanlah keluarga terpandang, namun cukup disegani, karena beliau adalah orang baik yang selalu aktif memberikan pengajian serta mengajarkan banyak pengalaman kepada anak muda disekitar rumahnya.

lewat kisah hidupnya aku merasa menjadi lebih kuat, karena menurutku beliau benar-benar mampu menginspirasi dan menguatkan setiap lelahku.

Aku mulai mencintai kota ini, bukan karena indahnya. Tapi karena kesepiannya yang mengajarkanku untuk kuat.
Aku belum tahu bahwa di tengah reruntuhan ini, aku akan bertemu seseorang yang membuat segalanya berbeda.

aku sendiri tidak tahu kedepannya akan seperti apa, namun setidaknya perkataan ustadz malik selalu menguatkanku.

Tapi untuk hari itu, aku hanya ingin bertahan.

Tiba di kota Jawa. Menjadi perantau dengan beban masa lalu. Bertemu orang-orang baru.


Support aku dengan download Novel Lengkap pada link berikut:
http://lynk.id/dhebzky/8m32m4rpppz4


“Kesendirian mengasah hati; kota asing menguji keteguhan jiwa.”

Langit pagi itu tak biru, tapi kelabu seperti pikiranku.
Kota ini tidak menyambutku dengan pelukan hangat, hanya dengan deru kendaraan dan langkah-langkah tergesa. Tapi entah kenapa, aku merasa… di sinilah aku harus memulai.

Stasiun itu ramai. Orang-orang hilir mudik membawa mimpi masing-masing, dan aku hanya membawa satu tas lusuh dan segenggam tekad yang kerap goyah. Kupandangi pantulan wajahku di jendela kereta terakhir yang meninggalkanku pagi itu—seperti melihat sisa-sisa hidup yang kutinggalkan.

Di dompetku hanya cukup untuk makan dua hari. Di hatiku hanya tersisa keberanian untuk bertahan satu malam lagi. Tapi kaki ini terus melangkah.

Kota ini seperti labirin raksasa yang tak memberiku peta. Bangunannya menjulang, menatapku seolah ingin menguji seberapa lama aku bisa berdiri. Aku menyusuri gang demi gang, menyapa dengan senyum yang bahkan tak sempat dibalas.

Sore itu, aku bertemu kota dengan cara yang paling jujur: lewat keringat, lapar, dan rasa asing.
Aku menemukan tempat tidur pertamaku di sebuah masjid kecil di sudut gang sempit. Karpetnya tipis dan dingin, tapi untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa aman.
Di dindingnya tergantung ayat tentang kesabaran.
Malam itu aku membacanya seperti pesan langsung dari langit.

“Anak muda, dari mana asalmu?”
“Sumatera, Pak.”
“Sendiri di sini?”
“Iya. Baru sampai tadi pagi.”
“Pekerjaan?”
“Belum ada. Tapi saya akan cari besok.”
Ustaz Malik menatapku dalam, lalu tersenyum kecil. “Yang penting kau tahu ke mana kau ingin melangkah. Kota ini kadang kejam, tapi Allah tak pernah tidur.”

Keesokan paginya aku mulai bekerja di sebuah warung makan, cuci piring dan angkat galon. Upahnya cukup untuk makan dan sedikit menabung. Setiap malam aku menulis surat untuk diriku sendiri, mencoba memahami makna perjalananku.

aku tinggal disebuah kontrakan kecil kepunyaan ustadz malik, yang senantiasa menasehati ku, menjadi keluarga baru yang selalu mendampingiku, dan memberikan semangat hidup untukku memulai sesuatu yang baru di kota ini.

ustadz malik memang sudah tidak memiliki anak lagi pasca meninggalnya buah hatinya yang sangat dia cintai, dan aku seusia dengan anaknya sehingga aku sudah di anggap sebagai anaknya sendiri, meskipun aku tinggal tidak serumah.

dia mungkin tidak memberiku pekerjaan, dia juga tidak memberiku rumah tinggal, hanya memebrikan kontrakan kecil yang harus ku bayar juga. karena dia ingin melihatku tumbuh dan bangkit melawan kota yang katanya cukup keras ini.

keluarga beliau bukanlah keluarga terpandang, namun cukup disegani, karena beliau adalah orang baik yang selalu aktif memberikan pengajian serta mengajarkan banyak pengalaman kepada anak muda disekitar rumahnya.

lewat kisah hidupnya aku merasa menjadi lebih kuat, karena menurutku beliau benar-benar mampu menginspirasi dan menguatkan setiap lelahku.

Aku mulai mencintai kota ini, bukan karena indahnya. Tapi karena kesepiannya yang mengajarkanku untuk kuat.
Aku belum tahu bahwa di tengah reruntuhan ini, aku akan bertemu seseorang yang membuat segalanya berbeda.

aku sendiri tidak tahu kedepannya akan seperti apa, namun setidaknya perkataan ustadz malik selalu menguatkanku.

Tapi untuk hari itu, aku hanya ingin bertahan.

Tiba di kota Jawa. Menjadi perantau dengan beban masa lalu. Bertemu orang-orang baru.


Support aku dengan download Novel Lengkap pada link berikut:
http://lynk.id/dhebzky/8m32m4rpppz4

Komentar

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset