CERITA PENDEK JALAN SUNYI MENUJU MIMPI

Posted by RUANG TULIS, Released on

Option




“Aku tahu rasanya ingin menyerah. Tapi aku juga tahu, aku bukan diciptakan untuk kalah.”


Lulus SMA adalah gerbang bagi sebagian orang menuju kebebasan. Tapi bagiku, itu justru awal dari perjuangan yang lebih berat. Aku sadar, masa depan tak akan datang sendiri. Aku harus mengejarnya, walau harus terseok dan berdarah.


Masuk perguruan tinggi adalah impian yang lama kupendam. Aku ingin belajar, berkembang, dan kelak menjadi seseorang yang bisa membanggakan ibu. Tapi bagaimana caranya? Uang tidak cukup. Ayah tak lagi ada dalam rumah. Dan paman—meski sudah banyak berjasa—tak bisa terus menanggung semuanya.


Aku mencoba segala cara untuk bertahan. Kuliah sambil kerja menjadi pilihanku. Pagi kuliah, sore bekerja sebagai pelayan di sebuah warung makan. Malam hari, aku belajar dan kadang mengerjakan tugas sambil menjaga warung. Tidur dua atau tiga jam adalah hal biasa.


Di tengah keterbatasan itu, aku menemukan dunia baru: organisasi kampus. Di sanalah aku belajar berbicara di depan orang, berdiskusi, bahkan memimpin. Banyak teman dari latar belakang berbeda. Ada yang kaya raya, ada pula yang sederhana sepertiku. Namun tetap, aku merasa seperti orang asing di antara mereka.


Aku mulai rajin ikut seminar, lomba karya tulis, apapun yang bisa memperkaya pengetahuanku. Beberapa kali menang, sebagian besar kalah. Tapi setiap kekalahan membentukku. Membuatku tahan banting. Bahkan saat aku dijatuhkan oleh fitnah.


Ya, di tahun kedua kuliahku, aku dituduh mencuri dana kegiatan kampus. Entah dari mana tuduhan itu berasal, tapi dengan cepat menyebar. Aku dituduh memalsukan tanda tangan bendahara, padahal itu tidak benar. Hanya karena aku berasal dari latar yang miskin, orang mudah percaya bahwa aku mampu melakukan itu.


Aku hampir di-DO. Nama baikku tercemar. Beberapa teman menjauh. Tapi aku tetap berdiri. Dengan bantuan dua orang dosen yang percaya padaku, aku bisa membuktikan bahwa aku tak bersalah. Bukti-bukti kutunjukkan. Pelan-pelan kebenaran terungkap. Aku dibersihkan dari tuduhan.


Namun luka tetap membekas. Kepercayaan yang sempat tumbuh, hancur. Aku kembali berjalan sendiri. Menyusuri sunyi dengan kepala tegak.


Satu hal yang tak pernah padam adalah doa ibuku. Meski jauh di kampung, aku tahu, setiap malam beliau melangitkan namaku. Dan itu cukup menjadi bahan bakarku untuk terus bertahan. Untuk terus berjuang. Untuk tetap bermimpi.


Aku tahu, jalan ini belum berakhir. Tapi setidaknya aku telah melangkah lebih jauh dari sebelumnya.


Support aku dengan download Novel Lengkap pada link berikut

https://lynk.id/dhebzky/zwk03eyv08jr

Komentar

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset