CERITA PENDEK CAHAYA di UJUNG JALAN

Posted by RUANG TULIS, Released on

Option




“Badai tak mematahkan langkahku—hanya menuntunku lebih dekat pada cahaya”



Tahun-tahun berikutnya adalah tahun pembuktian. Setelah menjalani masa magang selama hampir setahun, aku akhirnya diangkat menjadi staf tetap di lembaga hukum tempatku bekerja. Bukan posisi yang mentereng, tapi bagiku ini seperti berdiri di puncak gunung setelah bertahun-tahun mendaki di dalam kabut dan badai.


Namaku mulai dikenal di lingkungan kantor. Bukan karena prestise, tapi karena kegigihan. Aku sering diminta mendampingi senior dalam investigasi kasus, membuat riset hukum, bahkan sesekali ikut terlibat dalam presentasi ke klien. Aku belajar cepat. Apa pun tugasnya, aku selesaikan dengan tekun. Tak jarang aku bekerja hingga larut malam, mengejar tenggat atau merapikan dokumen penting.


Suatu hari, aku dipanggil oleh salah satu kepala divisi. Namanya Bu Mira. Ia dikenal keras dan perfeksionis. Banyak orang segan padanya. Tapi hari itu, nada bicaranya lembut.

"Nestapa, saya perhatikan kamu pekerja keras. Saya butuh seseorang untuk mendampingi tim kami dalam sebuah proyek penting. Proyek ini bisa menjadi batu loncatan untuk kariermu. Kamu siap?"


Aku mengangguk mantap. Dalam hatiku, aku tahu ini bukan hanya soal pekerjaan. Ini soal pembuktian, pada dunia, pada masa lalu, dan terutama pada diriku sendiri.


Proyek itu berlangsung selama tiga bulan. Kami menangani kasus besar dengan banyak tekanan dari luar. Tapi aku bertahan. Bahkan, aku menjadi salah satu orang yang membantu memecahkan kebuntuan dalam satu analisis hukum yang rumit. Namaku mulai diperhitungkan. Bu Mira memujiku di depan tim. Rasanya seperti langit terbuka.


Bersamaan dengan itu, hidup pribadiku pun mulai membaik. Aku menghubungi kembali ibuku, memberi kabar bahwa aku baik-baik saja. Tangisnya di ujung telepon membuat dadaku sesak. Kami tak banyak bicara, tapi cukup untuk meredakan rindu bertahun-tahun.

Satu sore, saat menatap senja dari jendela kantor lantai 12, aku menulis di buku kecilku:

"Tuhan, terima kasih sudah tak mengabulkan doaku saat aku ingin menyerah. Jika tidak, aku tak akan pernah tahu bahwa cahaya di ujung jalan itu nyata."


Dan cahaya itu kini kian terang.


Support aku dengan download Novel Lengkap pada link berikut

https://lynk.id/dhebzky/zwk03eyv08jr

Komentar

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset